Langsung ke konten utama

Syukur itu Nikmat

puterimatahari.wordpress.com
Terkadang tanpa saya sadari bahwa di dunia ini yang paling menderita dan miskin adalah saya. Berat rasanya menjalani hidup ini dan setiap hari adalah beban berat yang harus dipikul, sehingga malas rasanya untuk melangkah. Jika saya lihat orang lain, kok kelihatannya terasa ringan banget menjalani setiap hari, mau beli ini dan itu tinggal beli saja, makan apa saja bisa, keluarga terjamin, rumah tinggal nempatin nggak perlu mikirin kontrakan atau biaya membangun/menyicil rumah, usaha berjalan lancar dan kenikmatan-kenikmatan lainnya. Sungguh sangat beruntung mereka, bagaimana sih mereka bisa seperti itu? Mengapa saya tidak bisa seperti mereka? Lihatlah saya, rumah tidak punya, gaji pas-pasan itupun harus menanggung dua keluarga, perusaan yang tidak memahami potensi karyawan, rekan kerja yang rese, jarak kantor yang jauh dan selalu macet, ah.. banyak sekali hal-hal yang membuat hidup ini tambah berat dan membebani. Apakah Tuhan telah pilih kasih, padahal saya telah melakukan segala hal yang diperintahkan dan menjauhi larangan-Nya, tapi kok nasibku tidak seberuntung mereka, ya?

Dari kekecewaan tersebut lahirlah sebuah kepicikan yang selalu membuat saya berpikir negatif. Selalu saja su'uzan yang muncul lebih dahulu sebelum husnuzan, dan tak kalah meracau adalah keluh kesah hingga sampai membuat saya bosan sendiri, pada akhirnya tidak ada kegiatan yang dapat saya lakukan untuk mendongkrak potensi diri selain mengeluh, menyalahkan orang lain, menyalahkan nasib dan keadaan, hingga suatu hari saya mendapatkan sebuah pesan singkat dari seorang teman. Ia curhat bahwa istrinya belum juga melahirkan padahal sudah lewat deadline dan membutuhkan dana yang tidak sedikit, belum lagi usaha warnetnya yang harus terhenti untuk sementara waktu karena semua hard disk-nya hangus tersambar petir, padahal warnet tersebut adalah penghasilan utamanya. Saya pahami keadaan teman saya ini, ia pasti membutuhkan bantuan berupa materil, namun saya tidak dapat membantu karena keuangan saya pun dalam keadaan kritis bahkan selalu defisit di akhir bulan, lagi pula hutang-hutangnya ke saya cukup besar dan tadinya mau saya tagih, namun mengetahui kondisinya akupun jadi urung. Dari curhatan teman saya ini, saya pun meluangkan waktu untuk menengok ke kanan, ke kiri, terutama ke bawah. Saya teringat teman saya yang lain, yang begitu enjoy dengan kehidupannya, walau penghasilan utamanya berasal dari warung kecil-kecilan dan tidak pernah menentu laba yang didapat setiap hari, namun tampak tidak ada beban dalam hidupnya dan begitu menikmati.

Dari hasil pengamatan terhadap teman-teman saya, saya terpancing untuk mengamati kehidupan lainnya di bawah saya, seperti bapak pemulung yang malam-malam harus menggenjot gerobaknya mencari kardus-kardus bekas, botol plastik, dan barang-barang bekas lainnya yang mungkin bisa dijual, kakek tukang kerupuk yang terseok-seok membawa dagangannya padahal hari sudah petang, nenek-nenek renta peminta-minta yang tampak lusuh berkeliaran di sekitar lampu stopan, dan masih banyak lagi orang-orang yang jauh lebih kurang beruntung di banding saya dan mereka tetap menjalaninya tanpa ada keluh kesah tersirat di wajah mereka, seakan mereka menerima apa adanya suratan nasib. Lihat saja teman saya yang begitu enjoy dengan penghasilan kecil dari warung mungilnya dan bandingkan dengan saya yang berpenghasilan jauh lebih besar (dibandingkan teman saya), kerja hanya duduk delapan jam sehari di ruangan ber-AC. Harus saya akui bahwa saya lebih beruntung.

Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah blog miliknya Asma Nadia, dalam blog tersebut terdapat beberapa kisah yang membuat saya wajib bersyukur atas apa yang saya miliki saat ini. Kisah pertama mengiasahkan tentang si sulung yang shalihah, penurut, santun, penyayang adik-adiknya, namun di usianya yang begitu muda harus menderita stroke, pembuluh darahnya mengalami penyumbatan karena jantungnya tidak dapat memompa darah dengan benar, katanya penyakit jantung bawaan sejak lahir. Kisah kedua mengenai anak berusia dua tahun yang harus berjuang melawan penyakit paru-paru dan jantung yang ia bawa juga sejak lahir, tubuhnya lemas dan pertumbuhannya tergannggu, setiap hari ia harus merasakan sakit di dada yang tak terkira, nafasnya berat tersengal-sengal seperti habis berlalari jauh, terkadang mengeluaarkan darah hitam, sungguh malang nasibnya. Kisah berikutnya adalah seorang istri yang harus berjuang habis-habisan melawan penyakit kanker yang terus menderanya, bahkan sebelum terserang penyakit sang suami kerap menghujaninya dengan beberbagai siksaan fisik, batin, dan sexual. Sempat bertahan hingga tumbuh anak kedua, namun akhirnya menyerah dan segera meninggalkan suaminya yang 'sakit' itu. Penyiksaan terhadap ibunya membuat si sulung trauma bertemu ayahnya, begitupun sang ibu sehingga bertekad tidak akan menikah lagi, namun karena kesabarannya Tuhan pun mengirimkan seorang bidadara yang mau menerimanya apa adanya, padahal sebagai perempuan ia telah kehilangan sisi keperempuanannya, panyudaranya hilang karena kanker payudara yang pernah ia alami sebelumnya. Selesai dengan itu rahimnya pun harus diambil pula demi melepaskan penderitaannya dari serangan kanker serviks. Dan kini harus kembali terbaring karena serangan kanker lainnya yang mulai mencokol di jantung. Kendati demikian, semangat hidupnya seolah tidak pernah surut.

Terenyuh melihat orang-orang yang menurut saya jauh lebih tidak beruntung ketimbang saya, penderitaan saya sangat tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka, bahkan malu jika harus terus mengingat berbagai hal yang membuat saya merasa sengsara. Sungguh mungkin saja banyak orang yang iri akan keadaan saya saat ini. Mengapa saya harus merasa paling sial di dunia ini dan menyesalinya? Padahal banyak orang yang mensyukuri keadaannya dan tetap yakin bahwa Tuhan itu Maha Pemurah dan Maha Penyayang, karena dengan keyakinan tersebut hidup mereka terasa lebih ringan dan nikmat untuk dijalani. Mungkin saya tidak akan sanggup berada pada posisi si ibu tadi, atau si anak dua tahun tadi, ataupun si sulung yang shalehah tadi, namun saya sadar bahwa nasib saya jauh lebih beruntung dan itu yang harus saya syukuri, kepahitan hidup hanyalah warna-warni kehidupan, harta kekayaan hanyalah miliki-Nya, untuk apa disesali jika Tuhan yang saya sembah adalah pemilik kekayaan yang tak terhingga, pemilik kasih sayang yang tak terhingga, bahkan Dia lebih dekat daripada kulit ari, mengapa harus takut dan cemas? Kenapa tidak nikmati saja hidup, tetap berusaha sebaiknya, mensyukuri apa yang didapat, dan serahkan segalanya kepada Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna dan Hikmah Setia Kawan

Makna dan Hikmah Setia Kawan             Ada pepatah mengatakan bahwa memiliki satu musuh adalah lebih dari cukup, sedangkan memiliki ribuan kawan adalah jauh dari cukup. Oleh karena itu, kita harus selalu menjalin pertemanan di manapun dan kapanpun dengan siapapun tak terkecuali. Sayangnya, menjalin pertemanan terkadang lebih sulit ketimbang mencari permusuhan. Bahkan yang tadinya berkawan erat pun bisa menjadi musuh. Suatu hal yang miris, sungguh ironis, dan tentu saja hal itu tidak boleh dibiarkan terjadi. Di sinilah pentingnya memupuk rasa setia kawan.           Sebenarnya sesama umat manusia itu adalah bersaudara, selama kita tinggal satu atap, hidup di bawah langit yang sama, menghirup udara yang sama kita harus bisa hidup berdampingan, toh kita sama-sama ciptaan Tuhan. Bahkan, jika kita mengingat bahwa kita ciptaan Tuhan, kita pun harus menghargai hak hidup makhluk lainnya, seperti hewan dan tumbuhan. Jika saja di muka bumi ini terjalin perasaan setia kawan yang erat, buk

I Choose, I Live

I Choose, I Live Pernah dengar ungkapan di atas? Saya tidak mendengarnya tapi membacanya di selebaran pamphlet sebuah iklan rokok, saya lupa merknya apa. Entah apa yang ada di benak para produsen rokok yang selalu mengenalkan jargon-jargon yang menggebrak, memotivasi, menjadi diri sendiri, padahal produk yang mereka tawarkan adalah racun mematikan. Tapi, biarlah namanya juga jualan selalu ada strategi dagang supaya cepat laku dan untung besar. Toh, lapangan kerja terbuka lebar bagi masyarakat. Oke, kembali lagi ke pembahasan I choose, I live , apa kira-kira makna yang terkandung dari kata-kata tersebut? Apa yang dipilih, apa yang membuat hidup. Kalau saya simpulkan menurut pandangan dan pemahaman saya, hidup adalah pilihan di saat kita memilih untuk hidup. Karena kita hidup tentu saja kita akan dihadapkan oleh berbagai pilihan hidup. Dan saya yakin di dunia ini tidak ada satu individu pun yang ingin hidup sengsara, semua pasti memilih hidup makmur, bergelimang harta, bahagia, atau s

Ngomik, Yuk!

http://bitread.id/book_module/book/view/830/ngomik_yuk Ngomik, Yuk! Merupakan buku berjenis how to tentang bagaimana membuat komik bagi pemula. Judul buku dibuat dengan nada ajakan seolah mengajak siapapun untuk ngomik. Dengan kata lain, dengan buku ini penulis menegaskan bahwa siapapun bisa ngomik dan mengajak siapapun yang tertarik dengan komik untuk membuatnya, sekalipun belum bisa menggambar. Oleh karena itu, buku ini diperuntukkan bagi para pemula yang ingin mencoba terjun menggeluti dunia komik. Yang namanya pemula bisa siapa saja, entah anak sekolah, anak kuliah, ibu rumah tangga, pekerja swasta, siapapun yang entah kenapa tertarik ingin membuat komik. Karena dirancang untuk pemula, sebelum masuk ke ranah teknis, penulis terlebih dahulu mengajak pembaca untuk berkenalan dengan komik, mulai dari apa yang disebut dengan komik, sejarahnya, elemen apa saja yang menyusunnya, apa saja yang dibutuhkan untuk membuatnya, hingga bagaimana cara membuatnya. Apa itu komik? D