Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2009

Sudahkah Kita Menebar Salam?

Ada satu hal yang terkadang kita lupakan sebagai umat Islam, atau mungkin malas sehingga lupa. Padahal gampang untuk dilakukan, terlalu gampang malah, namun pada kenyataannya terkadang terlupakan. Mungkin karena terlalu gampang, maka terlupakan. Apakah itu? Menebar salam. Maksud menebar salam di sini adalah mengucapkan “Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh”. Sebagai umat Islam bertegur sapa dengan sesama muslim adalah hal yang wajib dilakukan, karena setiap muslim bersaudara dan salam adalah tanda persaudaraan itu. Dalam sebuah hadits ditegaskan bahwa: “Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu menjawab salam, menengok orang sakit, dan mendo’akan yang bersin.” Hadits tersebut menjelaskan bahwa ada tiga hal yang menjadi hak seorang muslim terhadap muslim lainnya, yaitu salah satunya menjawab salam. Karena ada hak di dalam menjawab salam berarti ada kewajiban untuk mengucapkannya, karena setiap ada hak berarti ada pula kewajiban, sepe

Bandung Macet! Gara-Gara Siapa?

“Bandung macet!” begitulah pendapat orang-orang tentang Bandung saat ini, baik dari mulut para pelancong maupun dari warganya sendiri. Mau diakui atau tidak, namun itulah kenyataannya. Tengok saja jalanan Kopo-Katapang yang sangat terkenal dengan kemacetannya, padahal upaya pelebaran jalan telah dilakukan. Ironisnya muncul suatu ungkapan yang menggambarkan kemacetan Jalan Kopo, yaitu Kopo Lautan Hijau. Karena jika dilihat dari udara jalanan Kopo akan terlihat didominasi oleh warna hijau yang bukan lain adalah warna angkot Kopo-Kb. Kalapa yang selalu mendominasi sepanjang Jalan Kopo hingga kawasan Katapang. Saking seringnya kemacetan di Jalan Kopo, sehingga memunculkan suatu konotasi, bahwa jika disebut kata ‘Kopo’ yang terbayang adalah kata ‘macet’. Akan tetapi, kemacetan di Kota Bandung tidak melulu di Jalan Kopo, melainkan di daerah lainnya. Misalnya, kawasan Cihampelas, Dago, Kosambi, bahkan saat ini telah merambah Jalan Sukarno-Hatta yang terkenal lebar dan panjang itu, teruta