Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2009

Sudahkah Kita Menebar Salam?

Ada satu hal yang terkadang kita lupakan sebagai umat Islam, atau mungkin malas sehingga lupa. Padahal gampang untuk dilakukan, terlalu gampang malah, namun pada kenyataannya terkadang terlupakan. Mungkin karena terlalu gampang, maka terlupakan. Apakah itu? Menebar salam. Maksud menebar salam di sini adalah mengucapkan “Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh”. Sebagai umat Islam bertegur sapa dengan sesama muslim adalah hal yang wajib dilakukan, karena setiap muslim bersaudara dan salam adalah tanda persaudaraan itu. Dalam sebuah hadits ditegaskan bahwa: “Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu menjawab salam, menengok orang sakit, dan mendo’akan yang bersin.” Hadits tersebut menjelaskan bahwa ada tiga hal yang menjadi hak seorang muslim terhadap muslim lainnya, yaitu salah satunya menjawab salam. Karena ada hak di dalam menjawab salam berarti ada kewajiban untuk mengucapkannya, karena setiap ada hak berarti ada pula kewajiban, sepe

Bandung Macet! Gara-Gara Siapa?

“Bandung macet!” begitulah pendapat orang-orang tentang Bandung saat ini, baik dari mulut para pelancong maupun dari warganya sendiri. Mau diakui atau tidak, namun itulah kenyataannya. Tengok saja jalanan Kopo-Katapang yang sangat terkenal dengan kemacetannya, padahal upaya pelebaran jalan telah dilakukan. Ironisnya muncul suatu ungkapan yang menggambarkan kemacetan Jalan Kopo, yaitu Kopo Lautan Hijau. Karena jika dilihat dari udara jalanan Kopo akan terlihat didominasi oleh warna hijau yang bukan lain adalah warna angkot Kopo-Kb. Kalapa yang selalu mendominasi sepanjang Jalan Kopo hingga kawasan Katapang. Saking seringnya kemacetan di Jalan Kopo, sehingga memunculkan suatu konotasi, bahwa jika disebut kata ‘Kopo’ yang terbayang adalah kata ‘macet’. Akan tetapi, kemacetan di Kota Bandung tidak melulu di Jalan Kopo, melainkan di daerah lainnya. Misalnya, kawasan Cihampelas, Dago, Kosambi, bahkan saat ini telah merambah Jalan Sukarno-Hatta yang terkenal lebar dan panjang itu, teruta
Kemukjizatan Al-Quran Al-Quran merupakan mukjizat Nabi Muhammad Saw, yang berupa kalamullah, atau kitab yang berisi wahyu-wahyu Allah SWT. Oleh karena itu, Al-Quran disebut juga kitab suci agama samawi yang terakhir, yaitu Islam. Akan tetapi, di manakah letak kemukjizatan tersebut? Pada bab ini akan dibahasa mengenai pengertian mukjizat serta aspek-aspek kemukjizatan Al-Quran. A. Pengertian Mukjizat Kata mukjizat berasal dari kata al-sya’I (tidak mampu), a’jaza fulanan (menjadikan seseorang lemah dan tidak kuasa), dan al-ta’jiz (melemahkan dan menisbatkan sifat lemah). Dengan demikian, pengertian mukjizat adalah semua perkara yang melemahkan siapa saja yang menantangnya. Dengan kata lain, sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh manusia karena sesuatu tersebut di luar dari jangkauan nalar dan fitrah manusia. B. Jenis-Jenis Mukjizat Mukjizat terdiri dari dua jenis, yaitu mukjizat hissiyah dan mukjizat ‘aqliyah. Mukjizat hissiyah adalah mukjizat yang berpedoman pada inderawi,

To be a Dream Fighter

Jangan salah artikan judul di atas. To be a dream fighter bukan berarti ‘menjadi petarung impian’, namun arti atau makna yang dimaksud adalah ‘menjadi pejuang mimpi’. Ya apalah artinya kita tanpa mimpi? Harta boleh kurang, pendidikan boleh rendah, tapi tanpa mimpi seseorang bukanlah siapa-siapa. Jadi, menjadi pemimpi bukanlah hal yang konyol bagi siapa pun, bahkan menjadi pemimpi adalah sebuah keharusan. Bukan pemimpi sembarang pemimpi, namun pemimpi yang memperjuangkan mimpi-mimpinya, karena hanya mimpi saja tanpa perjuangan sama saja bohong. Ada sebuah kata mutiara yang berbunyi, 'Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang, jika orang itu tidak mau melakukan perubahan pada dirinya sendiri.' Seseorang bermimpi menjadi penyanyi sukses, namun ia tidak pernah latihan, atau melakukan apa pun yang dapat menunjang terwujudnya mimpi tersebut. Yang ia lakukan hanya berdoa setiap hari, memohon kepada Tuhan supaya diwujudkan mimpinya, namun tanpa berbuat apa-apa kecuali berdoa. Mak