Kehidupan di dunia saat ini semakin berat dan menantang dari hari demi hari, khususnya di negara yang katanya kaya akan sumber daya alamnya ini pun sebagian rakyatnya menjerit tergilas laju perekonomian yang tidak berpihak pada mereka (rakyat kecil). Si kaya tambah kaya dan si miskin tambah miskin. Sedangkan janji-janji pemerintah tentang pengentasan kemiskinan seolah menjadi uporia saja, padahal perut butuh diganjal nasi bukan basa basi. Tidak heran jika setiap ada pembagian zakat atau daging qurban selalu terjadi kekacauan, masyarakat banyak yang berebut tanpa mempedulikan siapa yang mereka dorong atau injak, demi mendapatkan beberapa lembar puluhan ribu rupiah atau sekantung daging mereka menjadi beringas tidak peduli lagi mana kawan atau saudara. Akibatnya banyak berjatuhan korban hingga korban jiwa.
Bukan masyarakat miskin saja yang merasa tertekan akan dampak kerasnya kehidupan dan banyaknya kebutuhan hidup, namun aparat pemerintah pun turut pula resah, sehingga segala upaya pun sah saja dilakukan selama ada kesempatan, kasus Gayus misalnya, yang dengan kecerdikannya ia mampu menggelapkan dana pajak negara hingga ratusan milyar. Hal tersebut merupakan bukti betapa nilai rupiah menjadi harga mati untuk kebahagiaan hidup di dunia.
Benarkah uang yang selama ini menjadi sumber kebahagiaan seseorang? Memang begitu kenyataannya, karena tanpa alat tukar ini kita tidak akan mendapatkan apa yang kita butuhkan, namun ada upaya lain yang jauh lebih murah, aman, dan menyehatkan, baik bagi jiwa maupun raga, yaitu berpikir positif.
Dengan berpikir positif dan menanamkannya dalam diri maka hiduppun akan lebih sehat dan bergairah. Pikiran pun akan jauh menerawang ke depan dan tidak picik, sehingga segala rintangan hidup bukan lagi halangan untuk meraih mimpi. Setiap rintangan merupakan tantangan untuk dihadapi dan semakin banyak tantangan, semakin bergairahlah hidup dan semakin mantap menyongsong masa depan. Dengan begitu, hidup pun akan terasa ringan dan terbebas dari beban pikiran.
Sebaliknya, jika kita terus memelihara pikiran negatif maka hidup akan terasa sesak dan dipenuhi berbagai permasalahan. Hasilnya, otak pun sulit bekerja maksimal untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Permasalahan yang seharusnya dicarikan pemecahannya malah melumat pikiran kreatif dan membawanya kepada kepicikan. Akhirnya, keputusasaanlah yang tertinggal.
Pikiran positif memang tidak serta merta dimiliki karena butuh latihan keras untuk menjadikannya bagian dari diri kita. Selain itu, pikiran negatif kerap kali datang mengganggu karena antara keduanya dibatasi oleh batasan yang tipis. Jadi, sekalipun kita pandai mengendalikan pikiran negatif dan lebih memunculkan pikiran positif, namun tetap saja kita berpotensi terjerumus ke dalam pikiran negatif. Oleh karena itu, kita harus memiliki motivasi yang kuat, yaitu motivasi untuk bahagia, namun untuk mendapatkannya harus diawali dengan berpikiran positif.
Sebagai contoh, kita selalu resah dengan kehidupan orang lain yang jauh lebih beruntung dibanding kita, seolah hanya kitalah yang berhak mendapatkan keberuntungan bukan orang lain. Kita terkadang tidak rela seorang tetangga mampu membeli kendaraan baru, kita tidak rela seorang teman mendapatkan kenaikan pangkat, dan sebagainya. Sehingga, keresahan tersebut menggiring kita ke dalam pikiran negatif yang menyatakan bahwa keberuntungan yang mereka dapat sebenarnya dari usaha-usaha yang tidak halal. Akan tetapi, jika kita menekan dan membuang jauh-jauh keresahan tersebut dan menggantinya dengan pikiran positif maka segala macam keberuntungan yang diperoleh oleh orang lain akan menjadi motivasi kita untuk meraih hal yang sama bahkan lebih. Dengan kata lain, dengan berpikir positif hiduppun menjadi lebih produktif.
Berpikiran Positif Bagi Pribadi
Berpikir positif selain menjadi sumber kebahagiaan hidup, juga meningkatkan kualitas diri. Hal tersebut dikarenakan kita akan selalu memandang setiap kegagalan sebagai upaya mencari cara mencapai keberhasilan. Pada saat kita gagal, pikiran positif akan menyimpulkan dan mengakui bahwa cara yang kita gunakan untuk mencapai cita-cita adalah salah, lantas dengan segera kita mencari cara-cara lainnya untuk mencapainya. Tidak ada ruang dalam pikiran kita untuk kata menyerah, yang ada adalah sekumpulan ide-ide untuk merangkai dan menggapai cita-cita. Seorang Thomas Alva Edison membuat ribuan kesalahan pada saat akan menciptakan sebuah bola lampu, namun Edison selalu menampiknya dan berkata bahwa itu semua bukan kegagalan melainkan cara untuk menciptakan sesuatu.
Berpikiran Positif Bagi Lingkungan
Memiliki dan merawat pikiran positif bukan hanya sehat bagi diri sendiri, baik jiwa maupun raga, namun juga bagi lingkungan sekitarnya, karena orang dengan pikiran positif selalu mudah mengalir dan membaur dengan lingkungan sekitarnya di manapun ia berada. Dengan kata lain, orang yang berpikiran positif dapat bersosialisasi jauh lebih baik daripada orang yang berpikiran negatif. Hal tersebut dikarenakan orang yang berpikiran positif mampu berpikir lebih terbuka dan dapat membentuk benteng diri jika dihadapkan pada pengaruh negatif yang ada di lingkungannya. Alih-alih tertular pengaruh negatif lingkungannya malah menularkan aura positif kepada orang-orang di sekitarnya.
Kehidupan di tanah air memang sudah begitu semrawut karena sistem yang amburadul, peraturan seolah diciptakan untuk dilanggar dan antara kebatilan dan keadilan seakan berjalan beriringan dalam sebuah harmoni. Tidak heran, jika negara terkaya akan sumber daya ini sering dilanda banyak bencana. Mungkin semua itu merupakan alarm peringatan akan kesemena-menaan dalam menjalani kehidupan dan menipisnya jiwa sosial, toleran, dan santun yang pernah menjadi ciri khas negeri ini. Akan tetapi, sistem tidak dapat dilawan secara individu atau kelompok, namun harus dengan sistem lagi. Dan untuk membangun sistem yang jauh lebih baik membutuhkan individu yang lebih baik pula. Untuk itu, menanamkan pikiran positif dalam diri setiap diri individu warga bangsa ini merupakan langkah kecil untuk lompatan raksasa di masa depan, demi negara dan sistem yang jauh lebih baik.
Bukan masyarakat miskin saja yang merasa tertekan akan dampak kerasnya kehidupan dan banyaknya kebutuhan hidup, namun aparat pemerintah pun turut pula resah, sehingga segala upaya pun sah saja dilakukan selama ada kesempatan, kasus Gayus misalnya, yang dengan kecerdikannya ia mampu menggelapkan dana pajak negara hingga ratusan milyar. Hal tersebut merupakan bukti betapa nilai rupiah menjadi harga mati untuk kebahagiaan hidup di dunia.
Benarkah uang yang selama ini menjadi sumber kebahagiaan seseorang? Memang begitu kenyataannya, karena tanpa alat tukar ini kita tidak akan mendapatkan apa yang kita butuhkan, namun ada upaya lain yang jauh lebih murah, aman, dan menyehatkan, baik bagi jiwa maupun raga, yaitu berpikir positif.
Dengan berpikir positif dan menanamkannya dalam diri maka hiduppun akan lebih sehat dan bergairah. Pikiran pun akan jauh menerawang ke depan dan tidak picik, sehingga segala rintangan hidup bukan lagi halangan untuk meraih mimpi. Setiap rintangan merupakan tantangan untuk dihadapi dan semakin banyak tantangan, semakin bergairahlah hidup dan semakin mantap menyongsong masa depan. Dengan begitu, hidup pun akan terasa ringan dan terbebas dari beban pikiran.
Sebaliknya, jika kita terus memelihara pikiran negatif maka hidup akan terasa sesak dan dipenuhi berbagai permasalahan. Hasilnya, otak pun sulit bekerja maksimal untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Permasalahan yang seharusnya dicarikan pemecahannya malah melumat pikiran kreatif dan membawanya kepada kepicikan. Akhirnya, keputusasaanlah yang tertinggal.
Pikiran positif memang tidak serta merta dimiliki karena butuh latihan keras untuk menjadikannya bagian dari diri kita. Selain itu, pikiran negatif kerap kali datang mengganggu karena antara keduanya dibatasi oleh batasan yang tipis. Jadi, sekalipun kita pandai mengendalikan pikiran negatif dan lebih memunculkan pikiran positif, namun tetap saja kita berpotensi terjerumus ke dalam pikiran negatif. Oleh karena itu, kita harus memiliki motivasi yang kuat, yaitu motivasi untuk bahagia, namun untuk mendapatkannya harus diawali dengan berpikiran positif.
Sebagai contoh, kita selalu resah dengan kehidupan orang lain yang jauh lebih beruntung dibanding kita, seolah hanya kitalah yang berhak mendapatkan keberuntungan bukan orang lain. Kita terkadang tidak rela seorang tetangga mampu membeli kendaraan baru, kita tidak rela seorang teman mendapatkan kenaikan pangkat, dan sebagainya. Sehingga, keresahan tersebut menggiring kita ke dalam pikiran negatif yang menyatakan bahwa keberuntungan yang mereka dapat sebenarnya dari usaha-usaha yang tidak halal. Akan tetapi, jika kita menekan dan membuang jauh-jauh keresahan tersebut dan menggantinya dengan pikiran positif maka segala macam keberuntungan yang diperoleh oleh orang lain akan menjadi motivasi kita untuk meraih hal yang sama bahkan lebih. Dengan kata lain, dengan berpikir positif hiduppun menjadi lebih produktif.
Berpikiran Positif Bagi Pribadi
Berpikir positif selain menjadi sumber kebahagiaan hidup, juga meningkatkan kualitas diri. Hal tersebut dikarenakan kita akan selalu memandang setiap kegagalan sebagai upaya mencari cara mencapai keberhasilan. Pada saat kita gagal, pikiran positif akan menyimpulkan dan mengakui bahwa cara yang kita gunakan untuk mencapai cita-cita adalah salah, lantas dengan segera kita mencari cara-cara lainnya untuk mencapainya. Tidak ada ruang dalam pikiran kita untuk kata menyerah, yang ada adalah sekumpulan ide-ide untuk merangkai dan menggapai cita-cita. Seorang Thomas Alva Edison membuat ribuan kesalahan pada saat akan menciptakan sebuah bola lampu, namun Edison selalu menampiknya dan berkata bahwa itu semua bukan kegagalan melainkan cara untuk menciptakan sesuatu.
Berpikiran Positif Bagi Lingkungan
Memiliki dan merawat pikiran positif bukan hanya sehat bagi diri sendiri, baik jiwa maupun raga, namun juga bagi lingkungan sekitarnya, karena orang dengan pikiran positif selalu mudah mengalir dan membaur dengan lingkungan sekitarnya di manapun ia berada. Dengan kata lain, orang yang berpikiran positif dapat bersosialisasi jauh lebih baik daripada orang yang berpikiran negatif. Hal tersebut dikarenakan orang yang berpikiran positif mampu berpikir lebih terbuka dan dapat membentuk benteng diri jika dihadapkan pada pengaruh negatif yang ada di lingkungannya. Alih-alih tertular pengaruh negatif lingkungannya malah menularkan aura positif kepada orang-orang di sekitarnya.
Kehidupan di tanah air memang sudah begitu semrawut karena sistem yang amburadul, peraturan seolah diciptakan untuk dilanggar dan antara kebatilan dan keadilan seakan berjalan beriringan dalam sebuah harmoni. Tidak heran, jika negara terkaya akan sumber daya ini sering dilanda banyak bencana. Mungkin semua itu merupakan alarm peringatan akan kesemena-menaan dalam menjalani kehidupan dan menipisnya jiwa sosial, toleran, dan santun yang pernah menjadi ciri khas negeri ini. Akan tetapi, sistem tidak dapat dilawan secara individu atau kelompok, namun harus dengan sistem lagi. Dan untuk membangun sistem yang jauh lebih baik membutuhkan individu yang lebih baik pula. Untuk itu, menanamkan pikiran positif dalam diri setiap diri individu warga bangsa ini merupakan langkah kecil untuk lompatan raksasa di masa depan, demi negara dan sistem yang jauh lebih baik.
Komentar
Posting Komentar