Langsung ke konten utama

Setiap Orang adalah Sastrawan Pada Saat Jatuh Cinta

Setiap orang, siapapun dia adalah sastrawan pada saat jatuh cinta atau kasmaran, itu yang dikatakan oleh Socrates (kalau tidak salah,sih), namun yang jelas teori tersebut, bagi saya pribadi, benar adanya dan telah terbukti. Bagi saya menulis adalah satu hal yang paling‘nggak gue banget’ tetapi berbeda pada saat kasmaran. Rasa cinta dan rindu telah membentuk sebuah kekuatan untuk menggerakkan tangan saya untuk menyusun kata-kata hingga terbentuk puisi. Tidak berhenti di situ menulis buku harian pun menjadi kegiatan keseharianku hingga mencipta lagu-lagu cinta. Karya lain yang kucipta saat jatuh cinta adalah menggambar wajah kekasih dengan aliran naturalis. Jadi, kesimpulannya setiap orang dapat menjadi penulis, khususnya satrawan, atau musisi, atau seniman lainnya pada saat ia jatuh cinta, seperti yang pernah saya alami. Silahkan protes bagi yang tidak setuju, namun itu yang benar-benar saya alami dan diamini oleh beberapa teman saya yang merasakan hal serupa, padahal tidak satupun dari mereka, yang notabenenya pedagang, sopir, satpam, memiliki bakat menulis atau hal lainnya yang berbau seni dan sastra.

Menurut para peneliti virus melankolia (penyebab kasmaran) dapat membuat hidup setiap orang menjadi lebih teratur, tertata, lebih perasa, memahami betul kebahagiaan dan kesedihan dunia. Dengan segala kelemah-lembutan yang dialami orang-orang yang jatuh cinta membuatnya lebih jernih untuk bertutur santun nan melankolis, berbicara lantang tentang cinta lewat sajak dan puisi, namun sayang tidak semua orang dapat memanfaatkan moment tersebut untuk menciptakan karya tulis yang hebat. Setiap selesai jatuh cinta, selesai pula berkarya tulis, kembali ke kehidupan dan profesinya masing-masing, kalau tidak merasa patah hati lalu nekat bunuh diri. Padahal ketika orang jatuh cinta, mood untuk mencipta karya bernilai estetika selalu ada dan tidak pernah surut, setiap orang dapat berkarya berbagai hal yang bernilai estetis, yang menggambarkan suasana hatinya yang tengah berbunga-bunga, begitupun pada saat penutupan cinta (putus cinta), masih bernilai estetis meskipun berisi tentang kepahitan hidup dan perihnya patah hati.

Jika jatuh cinta dapat membuat siapapun menjadi sastrawan,sepertinya mudah untuk menjadi penulis atau pengarang, masalahnya kapan kita bisa jatuh cinta? Bagaimana mewujudkan cinta padahal cinta tidak dapat dipaksakan atau dibuat-buat? Dengan demikian, permasalahannya adalah cinta, apakah cinta itu hanya milik seorang kekasih saja? Pada kenyataannya cinta itu luas dan setiap orang, bahkan makhluk lainnya, memiliki perasaan ini, karena cinta milik Tuhan yang diberikan kepada makhluk-Nya walaupun hanya 1% saja. Jadi, kenapa tidak kita cari acuan perasaan cinta kita saat ini, apakah terhadap kekasih, pasangan hidup, anak, saudara, sahabat, pekerjaan, apapun atau siapapun itu. Begitu sederhana dan mudah sekali untuk menjadi penulis, yaitu jatuh cinta untuk merangsang sensitifitas perasaan untuk mudah bertutur dan nyastra meskipun hanya soal cinta. Akan tetapi, sekali lagi masalahnya tidak semua orang dapat memanfaatkan moment pada saat mengidap melankolia ini termasuk saya. Namun, setidaknya satu teori telah ditemukan bagaimana mencapai dunia tulis menulis dengan cara asyik dan tidak jelimet penuh teoritis. Ya, kalau begitu tinggal pelaksanaannya dan berlatih (mencari cinta). Selamat mencoba!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mau Jadi Apa Kamu Hari Ini?

http://www.massmailsoftware.com Seorang sahabat, atau katakanlah saudara, pernah mengatakan kepada saya dengan megutip perkataan seorang musisi mualaf bernama Yusuf Islam; “What I do today is important because I am exchanging a day of my life for it.” Yang artinya kira-kira, “Yang aku lakukan saat ini adalah penting karena saya menukar satu hari dalam hidupku untuk itu.” Dengan kata lain, mempergunakan sehari dalam hidup kita sebaik-baiknya setiap hari dan setiap waktu. Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini. kita dan segala bentuk bernyawa lainnya, bahkan yang tidak bernyawa sekalipun, berubah setiap harinya, bahkan setiap detiknya. Kita yang dulu bukanlah kita yang sekarang dan begitupun di esok hari. Pengertiannya, perubahan dan pergantian tersebut adalah mutlak terjadi, baik kita sadari ataupun tidak. Seekor kupu-kupu misalnya, awalnya adalah seekor ulat kecil melata dan untuk sebagian orang terlihat jijik, mengalami evolus...

To be a Dream Fighter

Jangan salah artikan judul di atas. To be a dream fighter bukan berarti ‘menjadi petarung impian’, namun arti atau makna yang dimaksud adalah ‘menjadi pejuang mimpi’. Ya apalah artinya kita tanpa mimpi? Harta boleh kurang, pendidikan boleh rendah, tapi tanpa mimpi seseorang bukanlah siapa-siapa. Jadi, menjadi pemimpi bukanlah hal yang konyol bagi siapa pun, bahkan menjadi pemimpi adalah sebuah keharusan. Bukan pemimpi sembarang pemimpi, namun pemimpi yang memperjuangkan mimpi-mimpinya, karena hanya mimpi saja tanpa perjuangan sama saja bohong. Ada sebuah kata mutiara yang berbunyi, 'Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang, jika orang itu tidak mau melakukan perubahan pada dirinya sendiri.' Seseorang bermimpi menjadi penyanyi sukses, namun ia tidak pernah latihan, atau melakukan apa pun yang dapat menunjang terwujudnya mimpi tersebut. Yang ia lakukan hanya berdoa setiap hari, memohon kepada Tuhan supaya diwujudkan mimpinya, namun tanpa berbuat apa-apa kecuali berdoa. Mak...

Relativitas Keberuntungan

Saya sering berpikir mengapa orang lain lebih beruntung dibandingkan dengan saya? Mengapa saya tidak seberuntung orang lain? Saya sering nonton TV, dan saya sering menonton sebuah acara yang dipandu oleh orang yang awalnya hidup susah, lalu tiba-tiba keren, beken, dengan kata lain beruntung dan sekarang kaya raya. Katanya menurut gossip upah perbulannya hampir mencapai satu milyar rupiah, padahal kerjaannya sederhana – membuat orang ketawa, bahkan jadi bintang iklan segala. Banyak lagi artis di tanah air yang menurut pikiran saya begitu mudah berhasil dan tampaknya rezeki mudah datang kepada mereka. Saya katakan mereka sangat beruntung. Adapula seorang teman, ia adalah seorang penulis walau sekarang kurang aktif menulis lagi, penghasilannya dari menulis dapat mencapai ratusan juta rupiah, bahkan hingga tembus angka satu M, padahal hanya dari satu buku yang ia tulis. Lalu saya katakan ia memang beruntung, karena saya yang menulis puluhan buku penghasilan saya tidak se-“wah!” teman saya ...