Langsung ke konten utama

Menjadi Katak Tuli

Ada sebuah dongeng anak tentang seekor anak katak. Suatu ketika si anak katak ini mengikuti perlombaan. Jenis perlombaannya adalah menaiki menara hingga ke puncak. Barang siapa yang bisa sampai lebih dulu hingga ke puncak maka dialah pemenangnya. Para peserta pun sudah siap di garis start. Semua dalam posisi siap menunggu ancang-ancang dimulainya perlombaan. Pada saat juri meniupkan peluit tanda perlombaan dimulai, para katak pun segera berlompatan menaiki anak tangga. Semua berlomba untuk mencapai ke puncak lebih dulu. Ternyata di tengah perjalanan para peserta lomba semakin berkurang, ada yang lelah, terjatuh, bahkan ada pula yang merasa tidak yakin menang. Rupanya mereka begitu karena sorak sorai penonton. Penonton di sisi kiri meneriaki bahwa mereka tidak mungkin bisa mencapai ke puncak, kendati penonton di sisi kanan meneriaki hal sebaliknya. Demi mendengar sorak sorai penonton, terutama yang berada di tribun kiri, banyak katak yang gugur karena kebanyakan dari mereka termakan hasutan penonton, kecuali satu katak saja. Ia terus saja melompat, meniti setiap anak tangga hingga akhirnya sampai di puncak. Semua katak heran sekaligus terkesima. Pada saat diselidiki ternyata si katak tersebut tuli, sehingga ia mengabaikan suara-suara penonton di sekitarnya.

Cerita di atas memang hanyalah dongeng belaka, namun inti dari cerita tersebut mengandung pelajaran berharga bagi kita, yaitu sikap tak acuh akan hal-hal negatif yang akan mengubah tujuan kita, cita-cita kita. Sering kali kita terpengaruh oleh suara-suara sumbang di sekitar kita, bahwa kita akan gagal, bahwa kita tidak akan mampu sehingga kita pun terpengaruh dan gagal. Padahal jika kita sadari setiap kita memiliki banyak sekali kelebihan. Mengapa demikian? Karena kita diciptakan dengan aneka macam kelemahan. Tuhan itu Maha Adil dan sudah kodratnya setiap makhluk atau apapun ciptaanNya selalu berpasangan, siang-malam, gelap-terang, senang-sedih, semua tercipta secara berpasangan. Jadi, jika kita merasa memiliki segudang kekurangan, sadarilah bahwa kita pun pasti memiliki segudang kelebihan.
Merujuk dari cerita katak tuli di atas, ada kalanya kita menutup telinga atau belajar tuli untuk tidak menganggapi hal-hal negatif yang masuk ke dalam telinga kita. Untuk itu, kita harus fokus dan yakin. Maksudnya adalah kita harus yakin bahwa kita bisa menggapai apapun yang kita citakan. Di mana keyakinan itu berasal? Tentu saja dari berbagai pengalaman, belajar yang tak pernah ada hentinya, sehingga kemampuan dan pengetahuan kita terus ter-upgrade. Untuk bisa belajar tentu saja kita arus fokus sehingga kita mampu menyerap subjek-subjek pelajaran yang kita pelajari. Dengan begitu, kita mampu melalui setiap anak tangga untuk meraih cita-cita. Kita harus sadari bahwa setiap anak tangga memiliki tantangan yang berbeda, tentu saja berbeda pula cara mengatasinya. Untuk bisa mengatasinya tidak ada jalan lain selain dengan mempelajarinya.

Menjadi tuli bukan pula berarti menutup diri, namun lebih fokus pada tujuan atau cita-cita. Karena kita fokus sehingga berbagai upaya yang kita lakukan adalah untuk pencapaian tujuan tersebut, tidak peduli dengan hal-hal lainnya yang akan menurunkan semangat kita untuk merah cita-cita. Yuk, kita terbuka dan awas akan berbagai hal positif di sekeliling kita dan menjadi tuli untuk berbagai hal negatif yang akan memberikan dampak buruk pada diri kita. Selamat Hari ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mau Jadi Apa Kamu Hari Ini?

http://www.massmailsoftware.com Seorang sahabat, atau katakanlah saudara, pernah mengatakan kepada saya dengan megutip perkataan seorang musisi mualaf bernama Yusuf Islam; “What I do today is important because I am exchanging a day of my life for it.” Yang artinya kira-kira, “Yang aku lakukan saat ini adalah penting karena saya menukar satu hari dalam hidupku untuk itu.” Dengan kata lain, mempergunakan sehari dalam hidup kita sebaik-baiknya setiap hari dan setiap waktu. Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini. kita dan segala bentuk bernyawa lainnya, bahkan yang tidak bernyawa sekalipun, berubah setiap harinya, bahkan setiap detiknya. Kita yang dulu bukanlah kita yang sekarang dan begitupun di esok hari. Pengertiannya, perubahan dan pergantian tersebut adalah mutlak terjadi, baik kita sadari ataupun tidak. Seekor kupu-kupu misalnya, awalnya adalah seekor ulat kecil melata dan untuk sebagian orang terlihat jijik, mengalami evolus...

How to Develop Your Reading Skill

By: Omettokun Membaca merupakan kegiatan yang sederhana dan mudah. Siapapun dapat membaca jika ia tidak buta huruf. Akan tetapi, membaca yang benar, memahami benar bahan bacaannya dan menjadikan membaca sebagai kegiatan harian tentu saja tidak semua orang melakukannya, apalagi yang menjadi bahan bacaannya adalah bahasa asing seperti bahasa Inggris. Orang yang hobi baca sekalipun belum tentu ngeuh untuk melahap materi berbahasa asing. Kendati demikian, saat ini penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu kriteria yang harus dikuasai oleh setiap orang, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian, bahasa Inggris telah menjadi bahasa yang tidak asing meskipun masih dalam setatus asing.

Relativitas Keberuntungan

Saya sering berpikir mengapa orang lain lebih beruntung dibandingkan dengan saya? Mengapa saya tidak seberuntung orang lain? Saya sering nonton TV, dan saya sering menonton sebuah acara yang dipandu oleh orang yang awalnya hidup susah, lalu tiba-tiba keren, beken, dengan kata lain beruntung dan sekarang kaya raya. Katanya menurut gossip upah perbulannya hampir mencapai satu milyar rupiah, padahal kerjaannya sederhana – membuat orang ketawa, bahkan jadi bintang iklan segala. Banyak lagi artis di tanah air yang menurut pikiran saya begitu mudah berhasil dan tampaknya rezeki mudah datang kepada mereka. Saya katakan mereka sangat beruntung. Adapula seorang teman, ia adalah seorang penulis walau sekarang kurang aktif menulis lagi, penghasilannya dari menulis dapat mencapai ratusan juta rupiah, bahkan hingga tembus angka satu M, padahal hanya dari satu buku yang ia tulis. Lalu saya katakan ia memang beruntung, karena saya yang menulis puluhan buku penghasilan saya tidak se-“wah!” teman saya ...