Langsung ke konten utama

Menyoal Makna Zikir dan Implementasinya dalam Kehidupan



Zikir sering kali dianjurkan oleh para ulama untuk terus membasahi bibir kita setiap saat, di manapun dan kapanpun. Namun, apa sebenarnya makna zikir itu sendiri? Dilihat dari segi bahasa, zikir merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang berarti ingat. Sedangkan menurut istilah, zikir dapat diartikan mengingat Allah, mengingat Tuhan. Zikir yang paling populer adalah zikir yang sering dibacakan setelah shalat fardu, yaitu mengucap kalimah-kalimah tauhid, yang mengagungkan dan membesarkan nama Allah seperti tasbih, tahmid, takbir, istigfar dan tahlil. Tasbih adalah zikir yang memuji Allah karena kemahasucianNya, tahmid adalah pujian untuk Allah karena segala KemahaterpujianNya, Takbir pujian bagi Allah karena KemahabesaranNya, Istigfar adalah permohonan ampunan atas segala kekhilafan kita terhadap Allah, dan tahlil adalah pujian atas KemahaesaanNya.

Lantas apa implementasi zikir ini dalam kehidupan? Apakah dengan terus menerus mengucapkan puji-pujian tersebut setiap saat? Bila kita kembali merujuk ke makna dasarnya, zikir itu sebenarnya adalah satu anjuran untuk mengingat. Apa yang harus diingat? Dialah Allah, Tuhan. Jadi, bisa dikatakan bahwa zikir merupakan kesadaran akan adanya Tuhan yang kita amini dan imani dalam hati. Karena sadar atas kehadiran Tuhan dan segala sifat-sifatNya Yang Maha itu, sepatutnyalah segala bentuk perbuatan kita merupakan upaya untuk mencari keridhaanNya, upaya penyerahan diri kepadaNya. Karena sadar akan adanya Tuhan dan yakin akan ke-Maha-KuasaanNya, pastinya kita akan senantiasa melakukan yang diperintahkanNya dan menjauhi segala hal yang dilarangNya. Karena keimanan itu pula kita akan senantiasa menjaga sikap untuk tidak berbuat sesuatu yang kira-kira akan merugikan orang lain, menjaga lisan kita supaya tidak menyakiti perasaan orang lain dan senantiasa saling menyenangkan satu sama lain. Karena kita berzikir, kita pun dituntut lebih berempati terhadap sesama, dan karena kita berzikir salam akan selalu terucap, tali silaturahmi akan selalu terhubung, dan jika semua warga manusia di seluruh dunia berzikir dunia akan diliputi kedamaian.

 Dengan rasa empati yang dimilikinya, seseorang yang selalu berzikir akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan yang akan ia lakukan, bukan hanya baik untuk diri sendiri, namun juga bagi orang lain atau sebaliknya. Contoh kecilnya, pada saat buang sampah. Seorang yang selalu berzikir ia akan mempertimbangkan risiko jika ia membuang sampah semabarangan. Makanya ia membuangnya di tempatnya. Misalnya, sampah plastik bekas botol minuman mungkin sampah bagi kita, namun bisa jadi sumber rezeki bagi pemulung. Dan jika dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah bagi lingkungan dan segala jenis habitat yang hidup di lingkungan tersebut. Hal tersebut karena ia sadar bahwa sampah yang ia buang, meskipun hanya secuil, bisa jadi menjadi sumber kesengsaraan bagi yang lainnya jika ia buang sembarangan. Bisa jadi bungkus makanan atau gelas/botol plastik minuman kemasan menjadi secuil sampah yang turut pula menyumbat saluran air sehingga terjadi banjir pada saat dibuang ke solokan. Bayangkan jika secuil sampah tersebut masih saja menjadi secuil kontribusi terjadinya banjir, bagaimana jika setelah kita matipun secuil kesalahan tersebut terus mengalir hingga ke liang lahat. Meskipun secuil, namun berkontribusi akan derita massa.

 Sering kali kita juga lihat orang yang seenaknya merokok di tempat umum tanpa mengindahkan orang-orang di sekitarnya, yang kemungkinan tidak semuanya perokok, tentu hal itu akan menjadi gangguan bagi orang-orang di sekelilingnya, apalagi jika terdapat anak kecil di sana. Jika kita berzikir, tentu kita akan berpikir dua kali untuk merokok di tempat umum, khususnya di depan anak-anak. Bayangkan, bagaiman jika karena asap rokok kita seseorang di samping kita yang seorang perokok pasif, terjangkit penyakit paru-paru hingga akut lalu meninggal, ia meninggalkan anak-anak yang masih kecil, orang tua renta yang menjadi tanggung jawabnya, dan sebagainya. Berarti secara tidak langsung kita telah merugikan orang lain, yaitu menghilangkan sumber harapan bagi orang lain. Bayangkan juga bagaimana jika kita sendiri yang menjadi contoh bagi si anak kecil tersebut hingga ia menjadi pecandu rokok pada saat ia dewasa nanti, bahkan lebih barat dari itu, menjadi pecandu obat-obatan yang merangkap juga sebagai produsen. Dengan berzikir kita akan menjadi seorang visioner, salah satunya menyadari bahwa hal sekecil apapun akan berdampak besar, jika salah penempatannya.

Dengan menerapkan zikir dalam kehidupan berarti kita pun menyambungkan tali silaturahmi. Makna shilaturahmi adalah menyambungkan tali kasih sayang terhadap sesama. Berarti shilaturahmi bukan hanya sebatas saling berkunjung atau bersalaman, namun berbuat sesuatu berdasarkan kasih sayang untuk kebaikan yang lainnya. Misalnya, seperti kedua contoh yang telah dijelaskan sebelumnya. Bahkan menyingkirkan batu atau duri di jalan sekalipun, supaya tidak tergilas ban mobil atau terinjak pengguna jalan merupakan bentuk silaturahmi, karena jika terinjak atau tergilas kemungkinan dapat menyebabkan kecelakaan, baik bagi si pengguna jalan maupun bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, kita pun secara otomatis menebarkan salam. Bukankah agama memerintahkan kita untuk saling menebarkan salam dan menyambungkan tali silaturahmi?

Selalu berzikir dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari merupakan bentuk kedekatan kita dengan Sang Khalik, sehingga segala bentuk langkah kita hanya untuk mencari ridhaNya. Selalu berzikir membuat kita tidak egois yang hanya mementingkan kenikmatan sendiri dan mengindahkan hak yang lainnya, karena terdapat kesadaran bahwa kebebasan diri kita dibatasi oleh kebebasan orang lain. Dengan demikian, setiap individu akan saling memahami satu sama lain, kedamaian sejati di muka bumi pun merupakan hal yang pasti. Sebagai negara yang berktuhanan Yang Maha Esa, sepatutnyalah kita selalu berzikir, mengingat Tuhan, menyadari bahwa langkah kita dan segala perbuatan kita memiliki dampak bagi yang lainnya, baik bagi lingkungan maupun antarsesama. Zikir bukan hanya sebatas membaca puji-pujian tauhid seperti di atas, karena toh pada intinya adalah mengingat Tuhan dengan segala sifatNya. Dan seluruh warga Indonesia, khususnya, adalah warga yang bertuhan, kita semua beragama, tidak ada satupun agama di dunia yang mengajarkan peperangan, semua berbicara mengenai kedamaian dan kasih sayang. Jika kita bertuhan, sudah pasti malu dan takut untuk berbuat segala hal yang akan merugikan sesama dan lingkungan. Jika melakukan kesalahan kecil saja sudah malu, seperti buang sampah tadi, bagaimana dengan korupsi? Rasa malu merupakan sebagian dari keimanan, sedangkan rasa takut merupakan sebagian dari rahmatNya. Dengan perasaan malu dan takut, setiap individu akan senantiasa teratur dalam bersikap dan bertutur. Jadi, mari kita berzikir dalam artian lebih luas dan dalam lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mau Jadi Apa Kamu Hari Ini?

http://www.massmailsoftware.com Seorang sahabat, atau katakanlah saudara, pernah mengatakan kepada saya dengan megutip perkataan seorang musisi mualaf bernama Yusuf Islam; “What I do today is important because I am exchanging a day of my life for it.” Yang artinya kira-kira, “Yang aku lakukan saat ini adalah penting karena saya menukar satu hari dalam hidupku untuk itu.” Dengan kata lain, mempergunakan sehari dalam hidup kita sebaik-baiknya setiap hari dan setiap waktu. Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini. kita dan segala bentuk bernyawa lainnya, bahkan yang tidak bernyawa sekalipun, berubah setiap harinya, bahkan setiap detiknya. Kita yang dulu bukanlah kita yang sekarang dan begitupun di esok hari. Pengertiannya, perubahan dan pergantian tersebut adalah mutlak terjadi, baik kita sadari ataupun tidak. Seekor kupu-kupu misalnya, awalnya adalah seekor ulat kecil melata dan untuk sebagian orang terlihat jijik, mengalami evolus...

How to Develop Your Reading Skill

By: Omettokun Membaca merupakan kegiatan yang sederhana dan mudah. Siapapun dapat membaca jika ia tidak buta huruf. Akan tetapi, membaca yang benar, memahami benar bahan bacaannya dan menjadikan membaca sebagai kegiatan harian tentu saja tidak semua orang melakukannya, apalagi yang menjadi bahan bacaannya adalah bahasa asing seperti bahasa Inggris. Orang yang hobi baca sekalipun belum tentu ngeuh untuk melahap materi berbahasa asing. Kendati demikian, saat ini penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu kriteria yang harus dikuasai oleh setiap orang, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian, bahasa Inggris telah menjadi bahasa yang tidak asing meskipun masih dalam setatus asing.

Relativitas Keberuntungan

Saya sering berpikir mengapa orang lain lebih beruntung dibandingkan dengan saya? Mengapa saya tidak seberuntung orang lain? Saya sering nonton TV, dan saya sering menonton sebuah acara yang dipandu oleh orang yang awalnya hidup susah, lalu tiba-tiba keren, beken, dengan kata lain beruntung dan sekarang kaya raya. Katanya menurut gossip upah perbulannya hampir mencapai satu milyar rupiah, padahal kerjaannya sederhana – membuat orang ketawa, bahkan jadi bintang iklan segala. Banyak lagi artis di tanah air yang menurut pikiran saya begitu mudah berhasil dan tampaknya rezeki mudah datang kepada mereka. Saya katakan mereka sangat beruntung. Adapula seorang teman, ia adalah seorang penulis walau sekarang kurang aktif menulis lagi, penghasilannya dari menulis dapat mencapai ratusan juta rupiah, bahkan hingga tembus angka satu M, padahal hanya dari satu buku yang ia tulis. Lalu saya katakan ia memang beruntung, karena saya yang menulis puluhan buku penghasilan saya tidak se-“wah!” teman saya ...