Langsung ke konten utama

Menghargai Proses


Menghargai Proses

Berbicara mengenai proses segala sesuatu itu terjadi karena sebuah proses. Seperti indahnya kupu-kupu merupakan proses dari fase-fase yang dilaluinya, yaitu mulai dari fase ulat, kemudian menjadi kepongpong, hingga akhirnya kupu-kupu. Semua melalui proses dengan durasi waktu tertentu. Proses yang belum matang biasanya akan menghasilkan sesuatu yang kurang maksimal, bahkan mungkin kegagalan. Sebaliknya, proses yang berkualitas akan menjadikan sesuatu itu menjadi bahkan sebelum waktu yang telah ditentukan.

Semua kita berproses dalam hal apapun. Mulai dari kita dilahirkan hingga sekarang merupakan hasil dari sebuah proses. Sayangnya, tidak semua memahami proses ini, bahkan ada yang menafikannya dengan mencari jalan pintas. Biasanya yang mencari jalan pintas ini adalah orang-orang malas, pengeluh, dan tidak jujur, tidak jujur akan dirinya sendiri dan juga tidak jujur terhadap orang lain. Orang-orang yang tidak jujur ini, yang memilih jalur pintas untuk menggapai hasil tanpa mau berpikir bagaimana caranya. Intinya mereka hanya memikirkan hasil tanpa memikirkan proses mencapai hasil tersebut.

Pada saat si malas ini memerhatikan orang-orang sukses ini, yang menjadi tolok ukur mereka adalah materinya. Mereka iri melihat si sukses memiliki ini dan itu, dapat membeli ini dan itu, yang jelas tidak mampu dilakukan oleh si malas ini. Sayangnya, rasa iri ini tidak membuatnya berusaha dan memasuki proses, mereka malas untuk berpikir bagaimana cara si sukses mendapatkan semua materi tersebut. Karena malas, muncullah ide-ide tidak jujur untuk segera mencapai ke sana. Korupsi, kolusi, dan nepotisme adalah cara-cara yang digunakan oleh kaum malas untuk mempercepat pencapaian target yang mereka dambakan.

Jika kita perhatikan lagi, mencapai sesuatu meskipun dengan cara tidak jujur karena malas dengan proses merupakan bentuk proses juga. Bukankah dengan berlaku KKN merupakan upaya-upaya untuk meraih sukses meskipun caranya tidak baik. Bahkan sering kali upaya yang harus ditempuh pun tidak gampang, malah butuh dana yang cukup besar. Sedangkan proses dengan usaha keras dan juga jujur memang tampak lambat, namun sifatnya konstruktif. Artinya, pada saat sampai pada waktunya, akibat dari proses tersebut, kesuksesan demi kesuksesan akan datang menghampiri, bahkan sudah pasti materi pun mengikuti.

Berbicara masalah proses dan menghargainya, menurut saya setiap manusia dianugrahi kapasitas yang  sama, yang membedakannya adalah setiap individu itu sendiri. Seperti kita mengikuti lomba masak, hanya saja waktunya tidak ditentukan. Setiap peserta diberi bahan yang sama, namun harus membuat masakan yang berbeda-beda. Peserta yang berproses dengan baik, ia akan mendapatkan hasil yang baik pula, yaitu masakan yang enak, lezat, platingnya indah, bahkan bisa dibandrol dengan harga yang mahal. Sedangkan bagi peserta yang kurang berproses dengan baik, bukan hanya tidak enak, masakan yang dihasilnya pun gagal, bahkan bentuknya pun tidak karuan.

Berproses dan menghargainya bukan hanya semata bekerja keras saja, namun bagaimana caranya setiap tahapan proses tersebut berkualitas. Dan tentu saja, dalam berproses dibutuhkan pula kejujuran, khususnya pada diri sendiri serta ikhlas menjalaninya. Dengan kejujuran dan keikhlasan dalam berproses, ia tidak akan merasakan lelah, bahkan bisa jadi ia akan mendapatkan hasilnya jauh di atas waktu yang ia tentukan, bahkan hasilnya pun bisa melebihi dari ekspetasinya. Jika pun ia gagal menggapai hasil, mudah bagi ia mempelajari berbagai hal selama berproses, sehingga ia tidak sempat merasakan kecewa karena ia sebenarnya tidak gagal, hanya saja ia menemukan jalan dan cara-cara baru untuk menggapai kesuksesan hidup sebagai hasil yang didambakannya. Yuk, kita hargai proses untuk menggapai impian, apapun itu, selama positif, bagaimana hasilnya itu urusan belakang karena proses inilah yang akan membuat kita besar.(RK)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I Choose, I Live

I Choose, I Live Pernah dengar ungkapan di atas? Saya tidak mendengarnya tapi membacanya di selebaran pamphlet sebuah iklan rokok, saya lupa merknya apa. Entah apa yang ada di benak para produsen rokok yang selalu mengenalkan jargon-jargon yang menggebrak, memotivasi, menjadi diri sendiri, padahal produk yang mereka tawarkan adalah racun mematikan. Tapi, biarlah namanya juga jualan selalu ada strategi dagang supaya cepat laku dan untung besar. Toh, lapangan kerja terbuka lebar bagi masyarakat. Oke, kembali lagi ke pembahasan I choose, I live , apa kira-kira makna yang terkandung dari kata-kata tersebut? Apa yang dipilih, apa yang membuat hidup. Kalau saya simpulkan menurut pandangan dan pemahaman saya, hidup adalah pilihan di saat kita memilih untuk hidup. Karena kita hidup tentu saja kita akan dihadapkan oleh berbagai pilihan hidup. Dan saya yakin di dunia ini tidak ada satu individu pun yang ingin hidup sengsara, semua pasti memilih hidup makmur, bergelimang harta, bahagia, atau s

Makna dan Hikmah Setia Kawan

Makna dan Hikmah Setia Kawan             Ada pepatah mengatakan bahwa memiliki satu musuh adalah lebih dari cukup, sedangkan memiliki ribuan kawan adalah jauh dari cukup. Oleh karena itu, kita harus selalu menjalin pertemanan di manapun dan kapanpun dengan siapapun tak terkecuali. Sayangnya, menjalin pertemanan terkadang lebih sulit ketimbang mencari permusuhan. Bahkan yang tadinya berkawan erat pun bisa menjadi musuh. Suatu hal yang miris, sungguh ironis, dan tentu saja hal itu tidak boleh dibiarkan terjadi. Di sinilah pentingnya memupuk rasa setia kawan.           Sebenarnya sesama umat manusia itu adalah bersaudara, selama kita tinggal satu atap, hidup di bawah langit yang sama, menghirup udara yang sama kita harus bisa hidup berdampingan, toh kita sama-sama ciptaan Tuhan. Bahkan, jika kita mengingat bahwa kita ciptaan Tuhan, kita pun harus menghargai hak hidup makhluk lainnya, seperti hewan dan tumbuhan. Jika saja di muka bumi ini terjalin perasaan setia kawan yang erat, buk

Ngomik, Yuk!

http://bitread.id/book_module/book/view/830/ngomik_yuk Ngomik, Yuk! Merupakan buku berjenis how to tentang bagaimana membuat komik bagi pemula. Judul buku dibuat dengan nada ajakan seolah mengajak siapapun untuk ngomik. Dengan kata lain, dengan buku ini penulis menegaskan bahwa siapapun bisa ngomik dan mengajak siapapun yang tertarik dengan komik untuk membuatnya, sekalipun belum bisa menggambar. Oleh karena itu, buku ini diperuntukkan bagi para pemula yang ingin mencoba terjun menggeluti dunia komik. Yang namanya pemula bisa siapa saja, entah anak sekolah, anak kuliah, ibu rumah tangga, pekerja swasta, siapapun yang entah kenapa tertarik ingin membuat komik. Karena dirancang untuk pemula, sebelum masuk ke ranah teknis, penulis terlebih dahulu mengajak pembaca untuk berkenalan dengan komik, mulai dari apa yang disebut dengan komik, sejarahnya, elemen apa saja yang menyusunnya, apa saja yang dibutuhkan untuk membuatnya, hingga bagaimana cara membuatnya. Apa itu komik? D