Langsung ke konten utama

Marhaban Ya Ramadhan

Tidak terasa kita akan kembali menginjak bulan suci Ramadhan, bulan suci bagi umat Islam sedunia. Pertanyaan pun terunggah "apakah bulan ramadhan kali ini akan benar-benar berkah?", "Apakah ramdhan kali ini dapat membentuk pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya?", "Apakah di Ramadhan kali ini kita akan merasakan kedahsyatan malam lailatul qadar?" dan mungkin masih banyak lagi pertanyaan lainnya yang mungkin muncul dalam benak kita. Apapun itu, kembali kepada diri kita masing-masing apakah kita ridha dan ikhlas dalam menjalani berbagai ibadah di bulan suci ini, karena sering kali kita lupa untuk membelenggu hawa nafsu, atau belenggu tidak lagi erat ketika Ramadhan lewat hingga hawa nafsu menjadi bagian dari diri kita. Mungkin tidak ada yang bisa memotivasi diri untuk mau bekerja keras menempa diri di bulan suci selain diri kita sendiri, dan sebagai secuil motivasi dari penulis, juga sekedar mengingatkan, mari kita mengenal kembali secara sekilas tentang bulan suci ini. 
Mengenal Bulan Ramadhan
     Ramadhan adalah bulan suci umat Islam. Seluruh umat Islam di dunia ini diwajibkan melaksanakan ibadah saum atau puasa, yaitu menahan lapar dan haus, dimulai dari terbitnya fajar hingga terebenam matahari. Bahkan bukan hanya rasa lapar dan haus saja, namun berbagai hawa nafsu lainnya. Hingga pada intinya, selama Ramadhan kita ditempa untuk belajar sabar dan ikhlas serta bersyukur atas apa yang kita miliki.  


 Makna Bulan Ramadhan
     Ramadhan berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata ramidha yang berarti panas terik matahari. Ramadhan juga bisa dikatakan berasal dari kata ramdhaa yang berarti pasir terjemur. Dengan demikian, arti kata Ramadhan adalah panas. Menurut para ahli bahasa, arti panas tersebut memiliki makna yang dalam, yaitu Pada saat kita melaksanakan ibadah saum, kita menahan lapar dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Makna panas tersebut diambil dari perasaan tubuh kita pada saat menahan lapar dan haus. Menurut para ahli bahasa, rasa lapar dan haus mewakili sensasi rasa panas dalam diri.


     Selain itu, selama bulan Ramadhan kita dibentuk menjadi diri yang baru. Dengan bulan Ramadhan, Allah sebenarnya membentuk kita dengan mewajibkan kita saum dan melakukan amalan saleh lainnya. Misalnya, memperbanyak bersedekah, beribadah, tadarus, dan aneka amalan lainnya. Bahkan, Alloh SWT akan memberikan pahala kepada umatnya yang menjalankan ibadah saum jika ia memilih tidur di siang hari demi menghindari berbagai godaan yang akan membatalkan atau mengurangi amalan Ramadhan 


 Hikmah Bulan Ramadhan
     Banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil dari bulan suci Ramadhan, salah satunya  kita belajar merasakan kepekaan sosial. Pada saat kita merasakan lapar dan haus, kita belajar merasakan orang-orang yang sangat tidak beruntung. Oleh karena itu, ibadah di bulan suci ini ditutup dengan pembagian zakat fitrah, yaitu menyantuni para fakir miskin.
     Di bulan Ramadhan Allah swt. pun membakar dosa-dosa kita. Pada saat kita merasakan lapar dan haus, kita akan senantiasa mengingat Allah dan kita pun mudah dinasihati. Seperti halnya, pasir atau batu yang mudah sekali menyerap panas jika terkena matahari langsung.  Selain itu, bulan Ramadhan pun membentuk pribadi kita menjadi diri yang hebat, pribadi yang baru, karena kita dituntut untuk melaksanakan berbagai amal shaleh selama bulan Ramdhan. wallahu a'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mau Jadi Apa Kamu Hari Ini?

http://www.massmailsoftware.com Seorang sahabat, atau katakanlah saudara, pernah mengatakan kepada saya dengan megutip perkataan seorang musisi mualaf bernama Yusuf Islam; “What I do today is important because I am exchanging a day of my life for it.” Yang artinya kira-kira, “Yang aku lakukan saat ini adalah penting karena saya menukar satu hari dalam hidupku untuk itu.” Dengan kata lain, mempergunakan sehari dalam hidup kita sebaik-baiknya setiap hari dan setiap waktu. Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini. kita dan segala bentuk bernyawa lainnya, bahkan yang tidak bernyawa sekalipun, berubah setiap harinya, bahkan setiap detiknya. Kita yang dulu bukanlah kita yang sekarang dan begitupun di esok hari. Pengertiannya, perubahan dan pergantian tersebut adalah mutlak terjadi, baik kita sadari ataupun tidak. Seekor kupu-kupu misalnya, awalnya adalah seekor ulat kecil melata dan untuk sebagian orang terlihat jijik, mengalami evolus...

To be a Dream Fighter

Jangan salah artikan judul di atas. To be a dream fighter bukan berarti ‘menjadi petarung impian’, namun arti atau makna yang dimaksud adalah ‘menjadi pejuang mimpi’. Ya apalah artinya kita tanpa mimpi? Harta boleh kurang, pendidikan boleh rendah, tapi tanpa mimpi seseorang bukanlah siapa-siapa. Jadi, menjadi pemimpi bukanlah hal yang konyol bagi siapa pun, bahkan menjadi pemimpi adalah sebuah keharusan. Bukan pemimpi sembarang pemimpi, namun pemimpi yang memperjuangkan mimpi-mimpinya, karena hanya mimpi saja tanpa perjuangan sama saja bohong. Ada sebuah kata mutiara yang berbunyi, 'Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang, jika orang itu tidak mau melakukan perubahan pada dirinya sendiri.' Seseorang bermimpi menjadi penyanyi sukses, namun ia tidak pernah latihan, atau melakukan apa pun yang dapat menunjang terwujudnya mimpi tersebut. Yang ia lakukan hanya berdoa setiap hari, memohon kepada Tuhan supaya diwujudkan mimpinya, namun tanpa berbuat apa-apa kecuali berdoa. Mak...

Relativitas Keberuntungan

Saya sering berpikir mengapa orang lain lebih beruntung dibandingkan dengan saya? Mengapa saya tidak seberuntung orang lain? Saya sering nonton TV, dan saya sering menonton sebuah acara yang dipandu oleh orang yang awalnya hidup susah, lalu tiba-tiba keren, beken, dengan kata lain beruntung dan sekarang kaya raya. Katanya menurut gossip upah perbulannya hampir mencapai satu milyar rupiah, padahal kerjaannya sederhana – membuat orang ketawa, bahkan jadi bintang iklan segala. Banyak lagi artis di tanah air yang menurut pikiran saya begitu mudah berhasil dan tampaknya rezeki mudah datang kepada mereka. Saya katakan mereka sangat beruntung. Adapula seorang teman, ia adalah seorang penulis walau sekarang kurang aktif menulis lagi, penghasilannya dari menulis dapat mencapai ratusan juta rupiah, bahkan hingga tembus angka satu M, padahal hanya dari satu buku yang ia tulis. Lalu saya katakan ia memang beruntung, karena saya yang menulis puluhan buku penghasilan saya tidak se-“wah!” teman saya ...