Langsung ke konten utama

Sudahkah Kita Menebar Salam?


Ada satu hal yang terkadang kita lupakan sebagai umat Islam, atau mungkin malas sehingga lupa. Padahal gampang untuk dilakukan, terlalu gampang malah, namun pada kenyataannya terkadang terlupakan. Mungkin karena terlalu gampang, maka terlupakan. Apakah itu? Menebar salam.

Maksud menebar salam di sini adalah mengucapkan “Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh”. Sebagai umat Islam bertegur sapa dengan sesama muslim adalah hal yang wajib dilakukan, karena setiap muslim bersaudara dan salam adalah tanda persaudaraan itu. Dalam sebuah hadits ditegaskan bahwa:

“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu menjawab salam, menengok orang sakit, dan mendo’akan yang bersin.”

Hadits tersebut menjelaskan bahwa ada tiga hal yang menjadi hak seorang muslim terhadap muslim lainnya, yaitu salah satunya menjawab salam. Karena ada hak di dalam menjawab salam berarti ada kewajiban untuk mengucapkannya, karena setiap ada hak berarti ada pula kewajiban, seperti halnya hak istri mendapatkan nafkah lahir-bathin dari sang suami, begitupun sang suami yang memiliki kewajiban untuk menafkahi (lahir-bathin) istrinya. Jadi, adalah kewajiban bagi seorang muslim apabila bertemu saudara muslim lainnya, baik ia kenal atau tidak, untuk mengucapkan salam, dan siapapun (seorang muslim) yang mendengar ucapan salam berhak untuk menjawabnya. Akan tetapi, jangan sekali-kali mengucapkan salam dari orang-orang non-muslim karena itu dilarang, sebagaimana yang ditegaskan oleh hadits riwayat Imam Muslim berikut.

“Janganlah kamu membaca (mengucapkan) salam kepada kaum Yahudi dan Nasrani” (HR Muslim)

Lantas bagaimana jika ada seorang non-muslim mengucapkan salam? Hal itu cukup saja menjawabnya dengan ungkapan “’alaik” yang artinya “untuk kamu sajalah”.

Mengucapkan salam bukan saja sebagai tanda persaudaraan umat Islam, namun juga sebagai salah satu tiket menuju Syurga dengan selamat. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Saw. Bahwa ada tiga kelompok orang yang masuk Syurga, yaitu orang yang masuk syurga dengan tanpa hisab, orang yang masuk syurga dengan hisab, dan orang yang masuk syurga setelah terlebih dahulu disucikan di Neraka. Nah, supaya seorang muslim dapat dengan mulus masuk syurga maka ada tiga tiket yang dapat memuluskan perjalanannya dengan selamat. Yang dimaksud dengan ketiga tiket tersebut adalah (1) menebarkan salam, (2) memberikan makanan (bersedekah), (3) shalat di waktu malam atau tahajud. Di dalam Shahih Bukhari terdapat hadits dari ‘Abdillah bin ‘Amr ra, yang senada, yaitu sebagai berikut.

“Dari ‘Abdillah ibn ‘Amr ra, sesungguhnya ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah Saw.: ‘Islam manakah yang paling baik?’ Nabi Saw, bersabda: ‘Memberikan makan dan mengucapkan salam kepada yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal (selama ia seorang Muslim.” (HR Bukhari)

Mengapa mengucapkan salam menjadi lebih penting, bahkan menjadi tiket menuju syurga? Hal tersebut karena afsyus-salam selalu satu paket dengan washilul arham yang berarti menyambungkan tali kasih sayang. Dalam konteks ini, pengucapan salam (dengan tulus) dapat menyatukan tali kasih sayang atau shilaturahmi antarumat Islam, karena terdapat hubungan sebab akibat yang ditimbulkan oleh pengucapan salam, yaitu terjalinnya hubungan kasih sayang karen makna dari ucapan salam adalah do’a . Dengan demikian, jika salam dapat selalu diucapkan setiap saat dan dengan ikhlas oleh umat Islam, maka bukan tidak mungkin akan tercipta suatu kedamaian di muka Bumi ini.

Makna kata Salam

Makna kata salam merupakan nama lain dari Syurga, seperti yang tercatat di dalam QS Yunus ayat 25, “Dan Allah Menyeru kalian untuk memasuki Darussalam (Kampung Keselamatan)”. Makna Kampung Keselamatan atau Darussalam pada ayat tersebut adalah syurga, di mana di dalamnya dijanjikan jaminan keselamatan dan kedamaian bagi seluruh penghuninya.

Lebih luas lagi, kata salam di dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘salima’ yang artinya selamat. Isim masdar dari kata salima adalah islaaman yang berarti keselamatan, yang kemudian menjadi nama sebuah agama besar yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Sebagai nabi terakhir bagi umat manusia, agama tersebut adalah Islam. Agama Islam itu sendiri sifatnya adalah rahmatan lil’alamin, yaitu rahmat, kurnia, serta anugerah bagi seluruh alam. Hal tersebut menegaskan bahwa agama Islam merupakan agama yang dirahmati, yang dapat memberikan keselamatan dan kedamaian di muka Bumi dan seluruh alam, khususnya bagi para pemeluknya. Akan tetapi, keselamatan dan kedamaian tersebut tidak saja serta merta terwujud, melainkan melalui usaha dan upaya umatnya, yaitu kaum Muslimin. Dengan kata lain, Islam dengan segala konsep dan ajarannya merupakan anugerah dan rahmat bagi umat manusia dan seluruh alam dalam artian sarana untuk mencapai rahmat tersebut, namun jika pengguna sarananya kurang memahami dan menggunakan (menjalankan )Islam secara sempurna maka akan sia-sia saja. Hal tersebut dapat kita saksikan banyaknya kerusakan alam di sekitar kita. Penebangan hutan secara liar hingga mengakibatkan longsor, membuang sampah ke sungai hingga terjadi banjir, perusakan terumbu karang, pembabatan hutan bakau, padahal, baik terumbu karang maupun hutan bakau memiliki fungsi sebagai pencegah tsunami. Belum lagi tindakan asusila yang kerap terjadi di tengah-tengah umat, seperti pembunuhan dan pemerkosaan padahal yang melakukan adalah umat Islam sendiri. Hal tersebut jelaslah bukan Islam-nya yang salah, namun umatnya yang kurang memahami dan kurang, mungkin tidak menjalankan Islam dengan kaffah atau sempurna.

Kaitan Salam dengan Bencana Alam

Negeri Indonesia, adalah negeri di mana sering terjadi bencana alam. Mengapa demikian? Karena banyak umat Islam kurang bisa memaknai ajaran Islam. Oleh karena itu, salam pun tidak sempat terucap sehingga shilaturahmi pun terputus. Bukan saja antarumat Islam, namun juga terhadap alam, karena jika melihat makna kata salam yang berasal dari kata salima dan ber-isim masdar islaman, sedangkan Islam itu sediri adalah rahmatan lil ‘alamin jika dijalankan secara kaffah. Gunung terus digerus, hutan terus ditebang, sungai dipadati sampah dan limbah, dan eksploitasi alam lainnya tanpa henti dan tanpa mengindahkan keseimbangannya. Hal tersebut merupakan bukti mandegnya aliran salam yang mengakibatkan terputusnya shilaturahmi antara alam dan kita, manusia, yang telah dipercaya untuk menjaga ala mini.

Maka jelaslah sudah jika setiap bencana yang melanda umat manusia pada umumnya dan muslim pada khususnya janganlah melulu menyalahkan Sang Khaliq dengan mengatakan bahwa semua itu adalah cobaan, namun cobalah kaji diri kembali sudahkah kita menebar salam?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mau Jadi Apa Kamu Hari Ini?

http://www.massmailsoftware.com Seorang sahabat, atau katakanlah saudara, pernah mengatakan kepada saya dengan megutip perkataan seorang musisi mualaf bernama Yusuf Islam; “What I do today is important because I am exchanging a day of my life for it.” Yang artinya kira-kira, “Yang aku lakukan saat ini adalah penting karena saya menukar satu hari dalam hidupku untuk itu.” Dengan kata lain, mempergunakan sehari dalam hidup kita sebaik-baiknya setiap hari dan setiap waktu. Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini. kita dan segala bentuk bernyawa lainnya, bahkan yang tidak bernyawa sekalipun, berubah setiap harinya, bahkan setiap detiknya. Kita yang dulu bukanlah kita yang sekarang dan begitupun di esok hari. Pengertiannya, perubahan dan pergantian tersebut adalah mutlak terjadi, baik kita sadari ataupun tidak. Seekor kupu-kupu misalnya, awalnya adalah seekor ulat kecil melata dan untuk sebagian orang terlihat jijik, mengalami evolus...

How to Develop Your Reading Skill

By: Omettokun Membaca merupakan kegiatan yang sederhana dan mudah. Siapapun dapat membaca jika ia tidak buta huruf. Akan tetapi, membaca yang benar, memahami benar bahan bacaannya dan menjadikan membaca sebagai kegiatan harian tentu saja tidak semua orang melakukannya, apalagi yang menjadi bahan bacaannya adalah bahasa asing seperti bahasa Inggris. Orang yang hobi baca sekalipun belum tentu ngeuh untuk melahap materi berbahasa asing. Kendati demikian, saat ini penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu kriteria yang harus dikuasai oleh setiap orang, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian, bahasa Inggris telah menjadi bahasa yang tidak asing meskipun masih dalam setatus asing.

Relativitas Keberuntungan

Saya sering berpikir mengapa orang lain lebih beruntung dibandingkan dengan saya? Mengapa saya tidak seberuntung orang lain? Saya sering nonton TV, dan saya sering menonton sebuah acara yang dipandu oleh orang yang awalnya hidup susah, lalu tiba-tiba keren, beken, dengan kata lain beruntung dan sekarang kaya raya. Katanya menurut gossip upah perbulannya hampir mencapai satu milyar rupiah, padahal kerjaannya sederhana – membuat orang ketawa, bahkan jadi bintang iklan segala. Banyak lagi artis di tanah air yang menurut pikiran saya begitu mudah berhasil dan tampaknya rezeki mudah datang kepada mereka. Saya katakan mereka sangat beruntung. Adapula seorang teman, ia adalah seorang penulis walau sekarang kurang aktif menulis lagi, penghasilannya dari menulis dapat mencapai ratusan juta rupiah, bahkan hingga tembus angka satu M, padahal hanya dari satu buku yang ia tulis. Lalu saya katakan ia memang beruntung, karena saya yang menulis puluhan buku penghasilan saya tidak se-“wah!” teman saya ...