Langsung ke konten utama

Menyongsong Kebangkitan Generasi M


Suatu pagi sesampainya saya di kantor, saat mebereskan buku-buku di atas meja kerja, ada satu buku yang menarik perhatian saya. Buku tersebut cukup tebal dan tampaknya buku terjemahan. Sampulnya kuning dan tercetak jelas judul buku tersebut “Generation M” atau dengan kata lain Generasi M. Ya, menurut sang penulis, Shelina Janmohamed, masa milenial ketiga ini adalah masanya generasi M, yang tidak lain adalah generasinya Muslim. Menurut sang penulis, generasi M adalah generasi Y dan Z, yaitu generasi dari rentang usia belasan hingga 30an. Usia tersebut merupakan usia produktif. Jadi, tidak salah jika Pew Research Center  memperkirakan bahwa pada tahun 2050 populasi Muslim dunia akan meningkat pesat menjadi 2.8 milyar yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Dalam bukunya penulis juga menegaskan bahwa Muslim bukanlah apa yang digambarkan masyarakat Barat pada umumnya. Muslim tidak identik dengan kekerasan, keterbelakangan, dan kebodohan. Dalam buku tersebut Janmohamed betul-betul membantah stereotip yang tidak mendasar tersebut dengan tegas menyatakan bahwa Muslim tidak identik dengan cap negatif Barat. Malah sebaliknya, Muslim di belahan dunia manapun, khususnya di Eropa, sangat menjunjung tinggi peradaban, mengalir bersama arus modernisasi, namun tetap berpegang teguh dengan ajaran Islam. Dengan kata lain Janmohamed menegaskan bahwa generasi Muslim adalah masyarakat yang tidak antipati dengan perkembangan zaman tanpa harus menapikan ajaran Islam yang dipegangnya. Bahkan bangga dengan keimanan mereka.

Pemaparan Janmohamed dalam bukunya tersebut memang berasal dari dorongan untuk menyerukan kepada khayak dunia bahwa Muslim adalah generasi penerus bumi yang memiliki potensi hebat karena melandasi setiap gerak hidupnya dengan keimanan. Hal ini terbukti dengan menggeliatnya produk-produk halal di belahan bumi Eropa. Bahkan, konsumenya bukan hanya kaum Muslim saja, namun juga non-Muslim. Apa sebab? Karena produk-produk halal sudah terjamin kebersihannya. Hal ini berdasar kepada ajaran Islam yang memerintahkan umatnya untuk mengonsumsi makanan yang halal dan thayib Maksudnya, selain halal makanan pun harus benar-benar layak konsumsi, bebas dari kuman penyakit,, dan tidak mengandung bahan-bahan kimia yang dapat merugikan kesehatan. Misalnya, ieat foods, makanan siap saji halal dan thayib yang digagas oleh Shazia Saleem. Beragamnya menu yang disajikan dan jaminan akan kualitas dan kehalalannya, menjadikan produk tersebut banjir peminat.

Beberapa waktu yang lalu, masyarakat Muslim Indonesia ramai-ramai mengkampanyekan seruan boikot produk-produk yang menyokong kaum Zionis. Ternayata setelah ditelusuri, banyak sekali produk-produk Zionis yang beredar di pasaran Indonesia. Ditambah lagi, Indonesia adalah sasaran empuk bagi para produsen, dari mulai makanan hingga pakaian. Bahkan, waralaba kopi yang dulu dianggap paling bergengsi juga turut diserukan untuk diboikot juga, karena selain menyokong geakan Zionis, juga mendukung LGBT, bahkan sang pemiliki megatakannya secara terang-terangan.
Inilah kesempatan emas bagi generasi M di Nusantara untuk tampil mengambil alih pasar. Beberapa generasi M pun sudah menunjukkan kejumawaannya di dunia bisnis dengan aneka produk mereka. Lihat saja Oki Setiana Dewi yang kian mantap dengan bisnis pakaian muslimnya, Nurhayati Subakat dengan bisnis kosmetiknya, Felix Siaw yang selain ustadz beliau juga seorang pengusaha, terutama di bidang clothing Muslim. Selain para pengusaha tersebut banyak pula pengusaha Muslim lainnya yang sekarang saling unjuk gigi, mulai dari masyarakat biasa hingga kalangan artis.

Shelina Janmohamed sendiri, selain seorang penulis, ia juga turut membidani Ogilvy Noor, sebuah agensi branding dan periklanan Islam dan ia pun menjabat sebagai Vice President di perusahaan tersebut. Dalam bukunya, “Generation M”,  Janmohamed juga membeberkan fakta bahwa penjualan produk-produk Muslim akan kian meningkat pesat. Menurutnya, akan semakin banyak masyarakat, terutama masyarakat menengah yang membelanjakan anggarannya pada produk-produk Muslim yang meliputi, produk makanan dan pakaian ($2.6 trilun), bisnis perjalanan Muslim ($233 milsyar). Bahkan, pada tahun 2014 saja diperkirakan sekitar $230 milyar dibelanjakan untuk produk fashion Muslim dan sekitar $54 miliyar untuk kosmetik Muslim.

Shelina Janmohamed mengatakan bahwa menggeliatnya perekonomian Muslim yang juga memicu lahirnya Generation M adalah tuntutan akan makanan yang halal, produk-produk pakaian yang syar’I dan produk-produk lainnya, termasuk kosmetik dan traveling yang betul-betul Muslim friendly. Jadi, maksud dari tulisan ini adalah jika kaum Muslim berani memboikot produk-produk yang jelas menyokong gerakan Zionis, sebaiknya disertai juga dengan langkah jelas; menjadi pebisnis Muslim yang berpengaruh di berbagai bidang dan ranah bisnis. Mengingat banyaknya produk dan ranah bisnis yang bukan Muslim friendly yang sebagian labanya justru demi kepentingan merugikan Islam. Sangat mungkin terjadi, jika dari sekian juta umat Islam di seluruh dunia, terutama di Indonesia dapat menjadi market leader dunia produk-produk Muslim, terutama bisnis waralaba, menggantikan aneka jenis waralaba di Nusantara yang notabene dari Barat. Apalagi saat ini, masyarakat dunia sudah melek akan kehadiran mereka yang ternyata memiliki ketersinggungan dengan kepentingan politik negara asalnya.RK


     


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna dan Hikmah Setia Kawan

Makna dan Hikmah Setia Kawan             Ada pepatah mengatakan bahwa memiliki satu musuh adalah lebih dari cukup, sedangkan memiliki ribuan kawan adalah jauh dari cukup. Oleh karena itu, kita harus selalu menjalin pertemanan di manapun dan kapanpun dengan siapapun tak terkecuali. Sayangnya, menjalin pertemanan terkadang lebih sulit ketimbang mencari permusuhan. Bahkan yang tadinya berkawan erat pun bisa menjadi musuh. Suatu hal yang miris, sungguh ironis, dan tentu saja hal itu tidak boleh dibiarkan terjadi. Di sinilah pentingnya memupuk rasa setia kawan.           Sebenarnya sesama umat manusia itu adalah bersaudara, selama kita tinggal satu atap, hidup di bawah langit yang sama, menghirup udara yang sama kita harus bisa hidup berdampingan, toh kita sama-sama ciptaan Tuhan. Bahkan, jika kita mengingat bahwa kita ciptaan Tuhan, kita pun harus menghargai hak hidup makhluk lainnya, ...

Mau Jadi Apa Kamu Hari Ini?

http://www.massmailsoftware.com Seorang sahabat, atau katakanlah saudara, pernah mengatakan kepada saya dengan megutip perkataan seorang musisi mualaf bernama Yusuf Islam; “What I do today is important because I am exchanging a day of my life for it.” Yang artinya kira-kira, “Yang aku lakukan saat ini adalah penting karena saya menukar satu hari dalam hidupku untuk itu.” Dengan kata lain, mempergunakan sehari dalam hidup kita sebaik-baiknya setiap hari dan setiap waktu. Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini. kita dan segala bentuk bernyawa lainnya, bahkan yang tidak bernyawa sekalipun, berubah setiap harinya, bahkan setiap detiknya. Kita yang dulu bukanlah kita yang sekarang dan begitupun di esok hari. Pengertiannya, perubahan dan pergantian tersebut adalah mutlak terjadi, baik kita sadari ataupun tidak. Seekor kupu-kupu misalnya, awalnya adalah seekor ulat kecil melata dan untuk sebagian orang terlihat jijik, mengalami evolus...

I Choose, I Live

I Choose, I Live Pernah dengar ungkapan di atas? Saya tidak mendengarnya tapi membacanya di selebaran pamphlet sebuah iklan rokok, saya lupa merknya apa. Entah apa yang ada di benak para produsen rokok yang selalu mengenalkan jargon-jargon yang menggebrak, memotivasi, menjadi diri sendiri, padahal produk yang mereka tawarkan adalah racun mematikan. Tapi, biarlah namanya juga jualan selalu ada strategi dagang supaya cepat laku dan untung besar. Toh, lapangan kerja terbuka lebar bagi masyarakat. Oke, kembali lagi ke pembahasan I choose, I live , apa kira-kira makna yang terkandung dari kata-kata tersebut? Apa yang dipilih, apa yang membuat hidup. Kalau saya simpulkan menurut pandangan dan pemahaman saya, hidup adalah pilihan di saat kita memilih untuk hidup. Karena kita hidup tentu saja kita akan dihadapkan oleh berbagai pilihan hidup. Dan saya yakin di dunia ini tidak ada satu individu pun yang ingin hidup sengsara, semua pasti memilih hidup makmur, bergelimang harta, bahagia, atau s...